Pakar Ekonomi Sekaligus Rektor Universitas Narotama Tekankan Efisiensi Ekonomi Lewat Penataan Pasar Rakyat
30 Desember 2025, 18:50:12 Dilihat: 74x
Pasar Tanjungsari yang berada di wilayah Kota Surabaya menjadi sorotan berbagai pihak. Penertiban dan pengetatan jam operasional yang dinilai belum berjalan maksimal secara tidak langsung berdampak pada jalur transportasi di sekitar pasar. Kondisi tersebut memicu kemacetan, menurunnya kenyamanan pembeli, hingga persoalan kebersihan lingkungan.
Menanggapi kondisi tersebut, pakar ekonomi sekaligus Rektor Universitas Narotama, Dr. Arasy Alimudin, S.E., M.M, menegaskan pentingnya penataan pasar rakyat yang merujuk pada peraturan daerah (Perda) yang berlaku. Menurutnya, pasar rakyat memiliki potensi besar sebagai penggerak ekonomi wilayah apabila dikelola dengan baik dan sesuai peruntukannya.
“Pasar rakyat jika ditata dengan baik tidak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli, tetapi juga dapat menjadi ruang rekreasi dan shopping experience bagi masyarakat,” ujar Dr. Arasy.
Ia menjelaskan, pengelolaan pasar yang tertata akan meningkatkan nilai ekonomi pasar itu sendiri. Kenyamanan, keamanan, dan ketertiban akan mendorong peningkatan jumlah pengunjung, yang pada akhirnya berdampak langsung pada peningkatan omzet para pedagang.
Sebaliknya, pasar yang tidak dikelola dengan baik berpotensi menimbulkan berbagai persoalan, mulai dari kemacetan lalu lintas hingga hambatan distribusi logistik.
“Kemacetan berdampak panjang. Proses bongkar muat barang menjadi tidak efisien, distribusi melambat, dan kualitas barang, terutama bahan pangan, bisa cepat menurun,” jelasnya.
Dalam perspektif ekonomi, Dr. Arasy menekankan bahwa penataan pasar yang baik akan menciptakan efisiensi. Efisiensi tersebut menjadi nilai tambah ekonomi yang menguntungkan baik bagi penjual maupun pembeli.
Lebih jauh, ia menilai pasar rakyat yang dikelola secara optimal bahkan dapat berkembang menjadi destinasi wisata. Banyak daerah di Indonesia yang berhasil menjadikan pasar tradisional sebagai sentra wisata berbasis nilai estetika dan historis, sehingga mampu menarik wisatawan dari luar daerah.
“Wisata pasar akan menggerakkan roda perekonomian wilayah sekitar. Namun jika pasar dibiarkan tidak terkelola, menjadi sumber kemacetan dan penumpukan sampah, maka pasar itu berpotensi ditinggalkan oleh pembeli,” tegasnya.
Dr. Arasy menambahkan, pasar rakyat sejatinya memiliki nilai estetika dan historis yang lebih kuat dibandingkan pasar modern. Pengalaman berbelanja yang nyaman, aman, serta sarat nilai budaya dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Oleh karena itu, ia menekankan perlunya penataan serius dari Pemerintah Kota Surabaya, termasuk pengaturan lalu lintas dan sistem transportasi menuju pasar. “Dukungan pemerintah sangat diperlukan agar pasar rakyat benar-benar dapat menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat,” pungkasnya.
Sumber: jawapostv diolah kembali oleh Humas Universitas Narotama